Setengah Isi Setengah Kosong
Daaaaan satu lagi must-read book yang mau gue share kalimat-kalimat dengan pemikiran-pemikiran keren di dalamnya adalah “Setengah Isi Setengah Kosong”. Jujur pertama kali gue denger judul buku ini gue kira tentang horror gitu (yang pastinya ga bakal mau gue baca), but it’s not. Buku ini berkisah cerita-cerita pendek inspiratif yang memiliki banyak hikmah yang dapat kita petik di tiap ceritanya. Sarat akan pesan moral dan kata-kata motivasi dengan bahasa yang mudah dipahami.
Menyanyi yang sesungguhnya tidak didahului apakah kita bisa menyanyi atau tidak. Menyanyi yang sesungguhnya tidak pula karena suara yang kita miliki adalah suara indah. Menyanyi yang sesungguhnya adalah nyanyian hati yang diliputi rasa syukur dan sukacita yang didasari oleh ketulusan dan kerendahan hati.
Jadilah "tuli" untuk hal-hal negatif yang tidak jelas kebenaran dan asal usulnya, serta bukalah telinga selebar-lebarnya untuk orang lain dan untuk introspeksi diri. Tetap baik kepada semua orang, sekalipun orang tersebut tidak baik kepada kita.
Kehidupan manusia merupakan irama musik yang demikian indah dengan tangga nada yang berubah-ubah, namun tetap dalam harmonisasi yang ideal sepanjang mengikuti nurani yang hidup.
Kehidupan terbentuk bukan karena kita memegang kartu yang baik, melainkan karena memainkan dengan baik kartu yang kita pegang. Berarti yang penting bagaimana kita "memainkan" kehidupan ini dengan cantik dan harmonis dalam koridor dinamika suka dan duka.
Semakin kuat akar masing-masing pihak bersatu dan saling mengikat, maka semakin kuat pula mereka menyikapi perubahan yang terjadi.
Hambatan utama dalam menyalakan lentera kehidupan justru datang dari dalam diri sendiri yang tidak mau keluar (in side out) memperhatikan dan menolong orang orang lain.
Orang yang menaklukkan dirinya sendiri adalah orang yang berkekuatan dahsyat. - Dr. Lyndon
Tertawa berarti mengambil risiko kelihatan tolol. Menangis berarti mengambil risiko kelihatan sentimental. Mengulurkan tangan kepada orang lain berarti mengambil risiko terlibat. Menunjukkan perasaan berarti mengambil risiko menunjukkan diri sejati kita. Memberitahukan ide-ide dan impian-impian kita di depan orang banyak berarti mengambil risiko kalah. Mengasihi berarti mengambil risiko tidak dikasihi. Hidup berarti mengambil risiko mati. Berharap berarti mengambil risiko putus asa. Mencoba berarti mengambil risiko gagal. Orang yang tidak mau mengambil risiko berarti dia tidak dapat meraih apa pun, tidak memiliki apa pun, tidak merasakan apa pun, dan akhirnya tidak menjadi siapa-siapa. Nyalakanlah lentera kehidupanmu dengan risiko apa pun, besok mungkin sudah terlambat dan padam.
"Masa lalu adalah persoalan yang sudah mati dan kita tidak mungkin meraih momentum untuk menuju hari esok kalau kita menyeret-nyeret masa lalu di belakang kita." - Jack Hayford
Hidup tanpa tujuan ibarat rumah tanpa lampu, dunia tanpa kutub, bumi tanpa gravitasi, dan tata surya tanpa matahari. Hidup tanpa tujuan ibarat kata-kata tanpa huruf, ucapan tanpa suara, pandangan tanpa mata, dan pendengaran tanpa telinga. Hidup tanpa tujuan juga ibarat kepala tanpa otak, dada tanpa jantung, dan lutut tanpa tungkai.
Jangan biarkan orang lain yang mengambil keputusan atas permasalahan yang kita hadapi, sebab hanya kitalah yang lebih tahu apa sesungguhnya yang terjadi.
Apa yang diterima saat ini, suka maupun duka tidak menjadi alasan untuk tidak bersyukur. Mensyukuri apa yang tidak kita terima padahal semestinya diterima merupakan usaha tersendiri yang mulia untuk bersyukur.
Optimisme yang sesungguhnya adalah menyadari masalah tetapi mengenali pemecahannya, mengetahui kesulitan namun yakin bahwa itu dapat diatasi, melihat yang negatif tetapi menekankan yang positif, menghadapi yang terburuk namun mengharapkan yang terbaik, dan punya alasan untuk menggerutu tetapi memilih untuk tersenyum.
Optimisme yang sesungguhnya adalah menyadari masalah tetapi mengenali pemecahannya, mengetahui kesulitan namun yakin bahwa itu dapat diatasi, melihat yang negatif tetapi menekankan yang positif, menghadapi yang terburuk namun mengharapkan yang terbaik, dan punya alasan untuk menggerutu tetapi memilih untuk tersenyum.
Lebih baik kita tahu mengapa kita gagal daripada tidak tahu mengapa kita berhasil.
"Ternyata, harta dan omset bukan segala-galanya. Bukankah ketika mati lampu adalah kesempatan bagi kita untuk menikmati indahnya terang?"
Comments
Post a Comment