Tiarangga
Warning: Buat yang sering galau harap jangan baca postingan gue kali ini. Kenapa? Karena bisa bikin tambah galau. (untuk beberapa pembaca yang merasa "senasib" hehe no offense guys)
Ini sedikit cerita tentang temen gue dan gue udah dapet izin dari dia buat share ceritanya di blog gue. Sebut saja Tiara (nama samaran, kalo ga disamarkan bisa dilempar kasur sama empunya). Pada zaman purbakala, Tiara pernah menyayangi seseorang, sebut saja Angga (nama samaran juga). Tiara bilang Angga satu-satunya orang yang dia sayangi (mungkin) sampai saat ini, kayanya daleeem banget sedalem palung laut. Karena satu dan lain hal yang complicated (maaf ga bisa diceritain), mereka memutuskan untuk temenan aja.
Saat ini Angga udah punya cewe, sedangkan Tiara masih menjanda, upss menjomblo. Beberapa waktu lalu, Angga sms Tiara minta ditemenin nyari kado buat cewenya. Angga bilang sekalian mau traktir Tiara peje karena Angga ga mau di akhirat nanti didatengin Tiara gara-gara belum ngelunasin utang peje. Jleb! Galau kah Tiara? Yup, pastinya. Tiara pun langsung sms gue, gue tanya dia apakah kuat jalan sama Angga untuk saat ini, dan dia bales :
“Kalo ditanya kuat apa engga pasti gue ga kuat git, tapi kayanya disana gue mau ngomong sesuatu apa yang gue rasain selama ini. Setidaknya gue pengen dia tau tapi gue ga yakin gue bisa. Giiit.. gue bingung, antara manner atau hati. Gue bakal kalah kalo dihadapin kaya gini. I would rather hurt my self than to ever make him cry.” (dengan beberapa amandemen)
Fiuuh.. Gue ga tau harus ngomong apa pas Tiara bales kaya gitu. Gue berusaha mencerna permasalahan sebaik mungkin dengan makan buah yang banyak biar lancar *krik*. Gue kasih opini berdasarkan apa yang gue lihat, dengar, dan rasakan karena pengalaman gue belum banyak. Disini Tiara bingung antara manner atau hati, antara bersikap yang baik atau melindungi perasaan. Gue pun ikut-ikutan bingung karena gue punya pandangan yang berbeda akan dua hal tersebut, yaitu :
1. Hati
Milih hati berarti menolak ajakan Angga. Kenapa harus menolak padahal Angga ga punya salah apa-apa? Oke, ini yang kadang belum bisa diterima oleh sebagian wanita. Menerima keadaan bahwa pria yang kita sayangi tidak bisa bersama kita karena suatu hal. Angga memang ga punya salah apa-apa sama Tiara, tapi ga menutup kemungkinan kalo Tiara jalan sama Angga akan memunculkan perasaan suka terhadap Angga lagi, berharap lagi, dan mungkin bikin Tiara sakit lagi. Saat itu menurut gue menolak bukan berarti ga nunjukin well-mannered sama orang, tapi lebih kepada bentuk proteksi terhadap perasaan kita sendiri. Berhubung temen gue yang satu ini side job nya ngegalau (damai ya Ra), so gue lebih menyarankan dia untuk milih hati karena menurut gue ini adalah pilihan terbaik saat itu.
2. Manner
Manner berarti menerima ajakan Angga. Kalo mau logis, this is the choice. Angga hanya masa lalu. Walau (mungkin) sampai saat ini Tiara masih menyimpan perasaan, Tiara harus sadar bahwa ga ada alasan konkrit untuk menolak ajakan Angga, sekalipun dulu ada sesuatu yang bikin Tiara sakit karena Angga. Toh sekarang mereka berteman dan baik-baik aja. Jadi, ya Tiara bersikap yang seharusnya yaitu bersedia nemenin Angga jalan (you know the risk Ra).
Dipastikan setelah gue menjelaskan dua hal di atas Tiara tambah bingung plus galau. Mungkin sebagian orang akan mikir, “Hey, masalah kaya gini doang ribet banget, iya-in aja apa susahnya sih, toh dia cuma temen lo.” Ya, sepintas terlihat sederhana. Tapi jangan remehkan bila itu menyangkut perasaan wanita.
Intinya, kembali ke masing-masing orang mau bagaimana menyikapinya, apa yang akan dilakukan untuk me-manage perasaan dan dirinya sendiri, langkah apa yang akan diambil agar kedua belah pihak sama-sama tidak merasa tersakiti. Well, cuma lo yang bener-bener ngerti apa yang sebenernya terjadi dan cuma lo yang bisa memutuskan yang terbaik buat diri lo.
Besoknya Tiara nunjukin ke gue sebuah sms dari Angga :
“Ra, kayanya ga jadi deh jalannya.”
God know the best for you, Tiara :)
Special quote for Tiara :
"Masa lalu adalah persoalan yang sudah mati dan kita tidak mungkin meraih momentum untuk menuju hari esok kalau kita menyeret-nyeret masa lalu di belakang kita." - Jack Hayford
nb: thanks to Tiara for sharing her true story
Comments
Post a Comment