Another Best Escape
Sinar matahari begitu terik menyapa pagi. Angin yang belakangan menunjukkan kekuatannya seolah mereda demi menyambut hangatnya mentari. Libur tiga hari yang pas dihabiskan bersama keluarga, teman, ataupun diri sendiri. Long weekend kali ini saya memilih untuk menghabiskan waktu bersama temen-temen pecinta alam. Membunuh kebosanan, lari sejenak dari kenyataan. Yes, that’s my way.
Lokasi pelarian saya kali ini gak jauh-jauh. Terletak di Sukamantri, Ciapus, Bogor. Tempatnya mudah dicapai, cukup naik kereta jurusan Bogor, lalu naik angkot 02 turun di Ramayana, lalu naik angkot warna biru turun di pertigaan Ciapus. Dari situ trekking ke Sukamantri Camping Ground sekitar dua jam. Jalannya berbatu dan berliku seperti hidup saya *eh. Kata temen, belum banyak orang yang tau tempat ini.
Sekitar pukul 7 malam kami tiba di lokasi. Ada beberapa mobil terparkir disitu. Bahkan ada payung cafe, warung kecil, mushola, dan toilet. Gahoel! Seru juga kalo bawa keluarga kesini. Tempatnya asik, sejuk, damai, romantis, dan gak rame walaupun ada beberapa tenda pengunjung lain. Kami mendirikan tenda di samping bawah payung. My friend said this was the best spot :D
Menikmati kopi hangat di tengah dinginnya malam memang tiada duanya, and cappuccino was the right choice B). Setelah tenda berdiri, saya mengingatkan temen-temen untuk membuka bekal makan malam. Baru inget saya gak bawa bekal padahal saya yang ngejarkom temen-temen wajib bawa bekal buat makan malam *jangan dicontoh. Beberapa temen gak bawa makan malam juga dan senior saya mencetuskan suatu ide bagus: nasi bekal digabungin semua, lauknya disuir-suir, trus dibikin nasi goreng biar semuanya makan. Horeee berarti saya bisa ikut makan haha #kenyangitusederhana (thanks to chef Widya).
Selagi nyiangin bumbu, saya dan chef masak tempe goreng. Tempe gorengnya udah abis, nasi gorengnya belum mateng -.- ketauan nih pada laper *me too. Finally the fried rice was ready to served and we ate it together. Ini salah satu hal langka namun bisa saya temukan disini, makan bareng dalam satu wadah, seperti berbagi suka maupun duka. Dan hal yang paling berharga adalah kebersamaannya.
Hari beranjak pekat. Kami berkumpul di depan tenda berbagi cerita sembari menunggu para sesepuh menuju lokasi camping. My friend’s mp3 turned on dan berputarlah lagu-lagu galau curahan hati hyahaha. We sang together and I sang wholeheartedly *eaaa. Anyway, kami bertemu anak FIB yang lagi camping juga disitu. Kami berkenalan dan ngobrol-ngobrol.
Waktu mendekati tengah malam, karena besok mau trekking ke curug, I decided to sleep early. Hampir satu jam di dalam tenda dan saya gak bisa tidur, mungkin efek minum kopi sesampai di tempat camping tadi. Tapi saya gak sendiri, ka Widya juga gak bisa tidur. Kami berdua keluar tenda dan para lelaki ternyata belum tidur. I was hungry at that time, entah efek dingin atau emang perut saya yang karet. So, we made noodles and ate it together (again).
sitting on the ground
looking at sparkling lights
staring at million stars
feeling every breath from the hill
one of the best place to escape
love it
Dinginnya udara bukit terasa menyelimuti tubuh. Semakin terasa dingin saat saya mengambil wudhu untuk solat subuh. Setelah solat kami menyiapkan sarapan, menu kali ini adalah tumis bakso ala chef Widya feat chef Adel & chef Gita dan tempe goreng ala chef Idris dan chef Ayu, wohoo.
chef Idris beraksi |
tumis bakso ala chef Widya |
Gak salah kalo saya melabeli tempat ini “the best spot to enjoy the sunrise”. Langit pagi yang membentang di hadapan kami bagaikan maha karya yang dilukis dengan cat air istimewa. Di bawahnya terhampar jutaan lampu yang belum dimatikan oleh pemiliknya, menghiasi perbukitan yang seakan menyentuh awan. Paduan yang begitu indah, yang membuat saya diam terpaku dan ingin terus memandangnya, yang membuat saya mengucap syukur atas nikmatNya.
Sedikit demi sedikit sang fajar menyapa kami. Menebarkan semangat melalui sinarnya yang terang, yang menelusup ke dalam raga lemah ini. Membangunkan kabut yang belum ingin beranjak pergi. Sang fajar semakin meninggi. Membuat saya sekali lagi bersyukur kepadaNya. Pagi yang tidak biasa dengan pagi-pagi saya sebelumnya. Pagi yang damai. Unforgettable.
Sarapan udah, packing udah, time to go to Curug Surya Kencana yuhuu. Trekking ke curug cuma makan waktu setengah jam. Air terjunnya ada dua, satu yang kecil dan satunya lagi besar. Tujuan kami curug yang kecil namun sayang sekali airnya lagi kering. Kami pun pindah lokasi ke curug yang besar dan... untungnya gak kering. Tinggi curug ini sekitar sepuluh meter, tinggi genangan air di bawah curug hanya selutut, kata temen biasanya nyampe sepinggang. Airnya segar, rasanya pengen saya teguk. Saya pun udah basah dari ujung kepala sampe ujung kaki. Makasih buat temen-temen, senior, paketu, dan temennya paketu yang udah nunjukkin tempat indah ini. Nyesel deh yang gak ikut.
Pukul 12 siang kami tiba kembali di lokasi camping dan bersiap pulang.
Ka Ichal, “Yes, pulang juga.”
Ka Widya, “Hore, kita pulang.”
Gita, “Yah, kok pulang?”
I didn’t know why I always felt sad everytime the trip was about to over. Gonna miss the moments. Really.
Keren Gita,...
ReplyDeleteMantabbbb :)
Bener-bener tempat yang recomended dah, nggak bakal nyesel kesana :)
pemandangan lampu kota bogor diantara bukit itu lho, bener2 bikin mata nggak mau mengalihkan pandangan, hehhehe :)
makasih kawid :)
Deletesemoga kita bisa sama sama kesana lagi
ada hikmahnya juga kita ga bisa tidur hehe
makasih juga udah masakin buat anak anak :3
cieee rinjaniiiii kekekek
ReplyDeleteayo kita camping lagi di sukam!!
ayo ayo mauuu :D
Deletebaru tau ada tempat kaya gini di Bogor
bikin ga mau pulang haha