Sejuta Pesona Sawarna
Saking frustasinya,
hampir semua kontak bbm gue chat “Hey, long weekend kemana?” Balesannya
beragam. Ada yang hiking, tanding olim, jemput pacar, beresin kosan, dan ada
yang ngedokem di rumah aja. Kalo gue gak bawel nanyain orang tentang rencana
liburan mungkin nasib gue akan seperti opsi terakhir. Plis, gue gak mau lumutan
di rumah. Weekend kali ini cukup panjaaang dan saatnya menjelajahi tempat baru!
Sebelumnya gue mau ngucapin makasih buat Satsat atas rekomendasi tempat dan
infonya yang lengkap. It’s truly a recommended place.
Pantai Pasir Putih
Kami memilih tempat menginap yang langsung
menghadap ke pantai dan bisa menikmati laut sepuasnya. Fasilitas disini cukup
memadai, mulai dari penginapan (homestay), warung, saung, tempat makan, kamar
mandi, net bola voli, sampai bangku galau. Tapi, pengunjung dilarang berenang
di pantai ini karena ombak pantai Selatan yang besar. Jadi, kita main-main aja di
pinggir pantai sambil nulis-nulis di pasir kaya alay. Garis pantai yang panjang
cukup ngebuat betis sekseh. Kami berjalan ke arah barat laut dan menikmati
pemandangan tebing-tebing yang bercengkerama dengan lautan.
Menurut warga setempat, Pantai Legon Pari adalah
spot terbaik untuk menikmati matahari terbit. Oke, sebelum tidur kita udah
sepakat bangun jam 4 pagi buat ngejar sunrise. Tapi kenyataan berkata lain, kita
tepar dan bangun jam 6! Huakakak bye bye sunrise.
It was our last day. Time went so fast and as usual I didn’t wanna go home, haha. ELF eksotis yang cuma ada satu itu berangkat menuju Terminal Pelabuhan Ratu jam 6 pagi. Sebelum pulang gue dan pasukan menikmati nasi kuning dan es teh terakhir. Tapi gue yakin, ini bukan yang terakhir gue menjelajahi Sawarna. See you again, my friend :)
Day 1
Gue bangun jam 5 pagi. Ibu
kosan sampe heran dengan kehadiran gue yang udah kece badai pagi-pagi begini
dan siap pergi. Pasukan traveler kali ini gak banyak, cuma tiga orang, dan
semuanya kaum hawa. Temen gue bilang ini perjalanan para jomblo kesepian.
Hahaha siaul.
How to
get there :
1. Stasiun UI – Stasiun Bogor | Commuter Line | Rp
9.000 | 45 menit
2. Stasiun Bogor – Terminal Baranangsiang | Angkot
| Rp 2.000 | 15 menit
3. Terminal Baranangsiang – Terminal Pelabuhan
Ratu | MGI/Minibus | Rp 25.000 | 3,5 jam
4. Terminal Pelabuhan
Ratu – Sawarna | ELF | Rp 25.000 | 2 jam
Notes :
a. Bus MGI jurusan
Bogor – Pelabuhan Ratu beroperasi jam 05.00 – 18.00. Bus MGI AC paling pagi berangkat
jam 7.
b. ELF ke
Sawarna cuma ada SATU dan berangkat jam 12 siang. Kalo ketinggalan, wassalam. Jadi
usahain sampe di Pelabuhan Ratu sebelum jam 12 siang.
Perjalanan dari Bogor ke Pelabuhan Ratu berasa
naik roller coaster. Apalagi kita bertiga duduk paling belakang, “kejutan”nya
makin berasa. Tapi, semua itu terbayar oleh pemandangan saat memasuki kawasan
Pelabuhan Ratu. Ombak sudah tampak. Aroma laut menyerbak. Setelah kurang lebih
enam jam perjalanan, akhirnya kita sampai di Sawarna. Uyeaaah pantai \o/
Begitu menginjakkan kaki di Desa Sawarna, gue
langsung teringat satu hal bodoh: belum booking penginapan. Berhubung ini
weekend dan lagi ada Festival Laut Sawarna, alhasil hampir semua penginapan penuh.
Tapi, karena tiga cewe kesepian ini udah kebelet ngeliat pantai, kita jalan
terus menuju pantai tanpa terlalu musingin soal penginapan *jangan dicontoh*.
Homestay disini beragam, harganya mulai dari Rp 100.000 sampai Rp 200.000. Saat
weekend harganya bisa naik. Kalo mau murah bisa coba nginep di rumah penduduk dengan
harga di bawah Rp 100.000 (pinter nawar aja).
Clear sea |
Sekedar tips, ajaklah keluarga atau teman sebanyak
mungkin agar trip lebih seru. Malam hari gue bertiga tiduran di bangku galau
depan warung. Cuma bisa natap langit sementara sekelompok anak muda di sebelah
kanan dan kiri lagi ber-api-unggun-ria sambil nyanyi (JB bisa kali git). Langit
yang bertabur bintang ini masih kalah sama langit Jomblang. Tapi, bintang yang
satu ini sukses bikin ketiga cewe mendadak norak: bintang jatuh! *brb make a
wish*
Day 2
Yellow rice and cold tea as breakfast |
Tanjung Layar
Berjalan satu kilometer
ke arah timur kita akan menemukan dua bongkahan batu besar yang berdiri gagah
menerjang ombak. Inilah destinasi pertama kami, Tanjung Layar. Dinamakan
Tanjung Layar karena salah satu batu berbentuk mirip layar perahu. Tingginya
sekitar lima belas sampai dua puluh meter. Kalo gak mau jalan kaki, bisa sewa
ojek dengan harga sekitar Rp 50.000.
Nice spot on the way to Tanjung Layar |
Tanjung Layar |
Big waves |
Pantai Legon Pari
Dari awal riset gue penasaran banget sama tempat
ini. Makin penasaran saat gue trekking gak nyampe-nyampe. Setelah jalan kaki di
antara teduhnya barisan pohon kelapa sejauh tiga kilometer akhirnya gue tiba di
sebuah pantai yang pasirnya lebih jernih dari tempat gue menginap. It was
totally beautiful! Gak ada homestay, cuma beberapa saung dan warung. Sabi banget
camping disini kongkow selow melow sama temen-temen. Menurut salah satu warga, bulan
Juni sampe November ombaknya lagi besar. Musim yang bagus itu dari bulan
November sampe Maret. Bulan yang paling bagus buat berkunjung kesini yaitu
Januari. Airnya jernih, ombak kecil dan tenang. Dari Pantai Pasir Putih kesini
bisa sewa ojek dengan harga sekitar Rp 100.000.
My fave beach |
Lanjut melewati persawahan ke arah timur laut
sejauh satu kilometer kami tiba di Goa Lalay. Harga tiket masuk Rp 5.000. Jangan
lupa membawa senter sendiri atau bisa juga menyewa di loket masuk. Goa Lalay
merupakan goa horizontal yang sudah aktif dieksplorasi sejak sepuluh tahun lalu
dan saat ini dikelola oleh warga setempat. Panjang goa sekitar tiga kilometer,
namun kami hanya bisa melakukan eksplorasi sejauh tiga ratus meter karena untuk
mengekplorasi lebih jauh dibutuhkan peralatan khusus. Kondisi di dalam
berlumpur dengan tinggi air sebetis. Lebar goa lima sampai sepuluh meter dan
tinggi kira-kira sepuluh meter. Di dalam goa kita bisa menemukan sekumpulan kelelawar
yang menggantung di atap. Ornamen-ornamennya juga cukup menarik. Selain Goa
Lalay, ada juga goa lainnya yang berada di kawasan ini, namanya Goa Sikadir dan
Goa Cemaul. Kami mengunjungi entry point kedua goa tersebut tapi gak
mengeksplorasi.
Pintu masuk (kiri) dan ornamen goa (kanan) |
Senja Sawarna
Kemanapun kaki melangkah, gue selalu menyempatkan
diri menikmati matahari tenggelam ketika cuaca memungkinkan. And enjoying
sunset at Sawarna was such a great moment. Daebak!
Adorable |
Day 3
It was our last day. Time went so fast and as usual I didn’t wanna go home, haha. ELF eksotis yang cuma ada satu itu berangkat menuju Terminal Pelabuhan Ratu jam 6 pagi. Sebelum pulang gue dan pasukan menikmati nasi kuning dan es teh terakhir. Tapi gue yakin, ini bukan yang terakhir gue menjelajahi Sawarna. See you again, my friend :)
Thanks to: Satsat, the only ELF, teteh Risma, aa
Algar, Alfi’s camera, and someone at Rantemario.
Photos
by: Alfiany Sukmawati, Citra Larasati, Gita Rinjani
Terima kasih untuk informasi angkutan umumnya
ReplyDeletesalam ngeteng
mcnugraha
Sama sama, semoga bermanfaat, salam lestari :)
DeleteBtw...kalo sampe pelabuhan ratu malem..terus bermalam disekitar situ..serem ga ya? Elf terpagi dari pelabuhan ratu jam berapa tau ga? Dan yang tersore ke pelabuhan ratu jam berapa?
ReplyDeleteApa semuanya cuma ada jam 6 pagi dari sawarna ke pelabuhan ratu dan jam 12 siang dari pelabuhan ratu ke sawarna?
Mohon pencerahannya
halo sagita, terima kasih sudah mampir :)
Deletemaaf banget baru direspons
kalo bermalam di Pel. Ratu sepertinya agak serem, aku kurang tau info penginapan di sekitar situ
ELF-nya itu cuma ada satu jadi cuma beroperasi 1x yaitu jam 6 pagi dari Sawarna ke Pel. Ratu dan jam 12 siang dari Pel. Ratu ke Sawarna, terakhir aku kesana Mei 2013 dan jadwalnya masih sama, kalo sekarang aku kurang tau apakah jumlah ELF-nya udah ditambah atau jam operasinya udah ditambah
semoga bermanfaat, happy traveling!
kak, untuk biaya makan disana sekitar berapaan ya kalo untuk sekali makan? makasih :)
ReplyDeleteDulu sekitar 20rb sampai 30rb
Deleteitu kesana bertiga cewek semua?
ReplyDeletenext coba ke Ciptagelar ya mba... Ga jauh dari Pelabuhan Ratu ada Kasepuhan Sunda namanya Ciptagelar. Arahnya menuju Gunung Salak bagian Selatan. Pakai motor direkomendasikan ke sana. Salam dari Manja Rider Club
ReplyDeleteHai, thanks rekomendasinya ya, pengen banget ke sana
Delete