Agenda
Hilang.
Terhitung sejak empat hari yang lalu saya kehilangan salah satu benda berharga
dalam hidup. Buku agenda.
Jumat lalu saya dan beberapa teman
sedang membagikan race pack di salah
satu sekretariat daerah Senayan. Saya mengeluarkan sebuah tempat pensil
berwarna hitam dan agenda berwarna biru. Karena ada keperluan, saya pulang
duluan. Malamnya, saya baru sadar kedua benda tersebut tidak ada di dalam tas.
Mendadak saya lemas dan tak bergairah melakukan apapun. How careless you are, Git!
Ciri-ciri :
- Tempat Pensil: Warna hitam, bahan semi karung, tema
lingkungan dengan tulisan “We Only Have One EARTH” warna gading, harga 15.000,
berisi alat tulis, post-it, flash disk 2GB, dan modem.
- Agenda: Warna biru, hard cover, tulisan “Universitas
Indonesia AGENDA 2013”, harga 30.000, berisi segala macam kenangan dan tanggal
penting dalam hidup saya.
Sabtu dan Minggu saya turlap ke
Sawarna dalam rangka pengambilan data untuk tugas kuliah. Sebelum berangkat
saya sempatkan mampir ke sekret organisasi. Berharap benda tersebut dibawakan
oleh salah satu teman dari Senayan. Namun hasilnya nihil. Saya baru sempat
menghubungi Senayan Senin siang. Berharap ada orang baik hati yang menemukan
tempat pensil dan agenda saya lalu mengembalikannya. Namun hasilnya nihil juga.
Mata saya langsung tergenang.
Saya mencoba merelakan dua benda
tersebut karena orang sering bilang bahwa setiap kejadian pasti ada hikmahnya.
Jujur, saya belum ikhlas sepenuhnya. Terlebih ini kesalahan yang saya buat
sendiri. Kehilangan tempat pensil saya tak masalah. Benda yang paling berharga
hanya sebuah modem. Saya bisa membelinya lagi. Namun kehilangan agenda bukanlah
hal yang mudah. Benda yang paling berharga adalah catatan per hari atas segala
kejadian, baik penting taupun tidak, yang saya alami mulai awal tahun ini. Saya tak bisa membelinya lagi.
Baru kali ini saya kehilangan benda
mati dan merasa teramat sedih. Hingga tak mampu membendung sesuatu yang telah
berkumpul di mata (gue tau ini lebay). Saya bisa saja membeli agenda serupa dan
mulai menulis untuk bulan-bulan berikutnya. Namun saya tak sanggup untuk
menulis kembali tiap lembar yang telah tersusun rapi dari bulan Januari hingga
Mei.
Agenda ini seperti diary bagi saya.
I wrote many things on it. Spilt my feelings out. Tugas kuliah,
deadline kegiatan, kerja kelompok, rapat organisasi, ulang tahun, janji ketemu
orang, next trip, field note traveling, to-do list, to-buy list, to-eat list,
sampai hal gak penting kaya daftar utang, tanggal nonton film, tanggal beli
novel, tanggal pulang ke rumah, dan masih banyak lagi. Dia sudah menemani saya
dan bersedia menjadi tempat curhat yang setia. Harga agenda ini memang tak
semahal harga modem dan isi lain dalam tempat pensil saya yang hilang. Namun,
tiap tulisan yang tertuang pada agenda tersebut tak dapat dibeli oleh apapun. It means a lot to me. Deeply.
Dan saya tak berhenti merutuki diri sendiri.
Hello,
my blue. I’m so blue in losing you. Please, come back. I wanna share everything
:’)
Comments
Post a Comment