Pekat
Saat malam tiba, kau butuh sesuatu
untuk menerangi langkahmu. Dan melanjutkan perjalananmu. Karena dengan lekasnya
gelap berpartisipasi. Ditambah sang dingin berkolaborasi.
Sinar-sinar bermunculan di antara
gelapnya hutan. Entah dari headlamp, senter, lilin, ataupun kompor yang sedang
memasak. Malam di gunung memang gelap. Bayangkan saja rumahmu yang sedang mati
listrik. Gelap sekali, kan?
Namun ada satu momen yang aku suka di
antara hitam sang malam. Momen dimana tak ada lagi sinar yang bermunculan. Headlamp
dan senter mulai dimatikan. Lilin padam. Kompor telah dirapikan. Canda tawa kembali
disimpan. Raga merebah menyusun kekuatan. Berpelukan dengan malam dan kawan. Momen
dimana pupil membesar karena semakin sedikit cahaya yang masuk. Dan akhirnya tiba
pada keadaan gelap yang amat pekat. Ya, hitam
pekat.
Menurut urutan warna, hitam pekat
merupakan hitam yang paling hitam. Sangat hitam. Legam. Keadaan tak berwarna. Kau benar-benar tak bisa melihat
apapun selain hitam. Kemana pun bola mata bergerak, semua terlihat sama. Hanya hitam. Seperti memejamkan mata.
Sungguh, itu momen yang luar biasa bagiku.
Kau tak bisa menatap apapun, menemukan
siapapun. Tapi bisa merasakannya. Hembusan nafas, langkah kaki, tiupan angin,
rinai hujan, nyanyian alam, kasih. Kau
bisa merasakannya. Bahkan mimpi-mimpimu sekalipun. Atau, kau juga bisa
menikmatinya sambil menggenggam secangkir kebebasan.
Aku sangat ingin membungkus ini dan mengepaknya
ke dalam dry bag. Agar bisa kusesap kembali dimanapun dan kapanpun aku mau. Kau
tau, momen ini semakin langka untukku. Aku
rindu.
Kau mau menikmatinya juga? Ah,
kemarilah. Duduk disampingku. Jangan lupa siapkan jaket tebalmu karena malam di
gunung tak beri ampun. Oke, kau sudah siap? Matikan semua sumber sinarmu. Senandungkan
relungmu. Biarkan pupilmu membesar. Tatap sekitar. Dan rasakan.
Apa? Kau tak merasakan apapun?
Baiklah, mari ulangi. Matikan semua sumber sinarmu. Senandungkan relungmu. Biarkan
pupilmu membesar. Tatap sekitar. Berhenti sesali masa lalu. Kau selalu punya
kesempatan untuk melakukan yang terbaik. Maafkan dirimu. Berdamailah. Dan
rasakan.
Apa? Kau belum merasakannya juga?
Baiklah, ayo coba lagi. Matikan semua sumber sinarmu. Senandungkan relungmu. Biarkan
pupilmu membesar. Tatap sekitar. Berhenti sesali masa lalu. Kau selalu punya
kesempatan untuk melakukan yang terbaik. Maafkan dirimu. Berdamailah. Genggam tanganku. Dan rasakan.
Mataku menangkap sesuatu. |
Comments
Post a Comment