Bapak
Even a glance thinking of our parents can make us cry, can’t it? And so can I. Beliau orang yang luar biasa di hidup saya. Pake banget. Beliau selalu ada kapanpun saya butuhkan. 24/7. Bahkan untuk hal-hal kecil sekali pun. Perkenalkan, orang yang memberikan nama belakang begitu indah. Bapak. I remember . Waktu itu Minggu pagi. Ada pengumuman yang sedang keluarga kami tunggu. Sebuah penentuan nasib. Saya sendiri agak cuek karena dua tes masuk PTN sebelumnya gagal. Tapi, kali ini angin berhembus lain. Nama saya tercantum di koran Kompas pagi itu. Saya lolos. Bapak langsung meluk saya (hal yang jarang kami lakukan kecuali waktu saya kecil). Matanya tergenang. Mulutnya berkali-kali mengucap syukur. Raut wajahnya tampak amat bahagia dan bangga. Saya? Banjir. I remember . Waktu itu umur saya empat tahun. Kami sekeluarga dan beberapa saudara mendaki Gunung Ungaran. Saya tidak terlalu ingat seluruh perjalanannya. Namun saya ingat hujan deras menemani kami saat turun gunung. Saya menggigi...