Kantin Sekolah
Bekasi punya beberapa lokasi kuliner
yang cukup oke. Berhubung gue dan sahabat-sahabat gue doyan makan, kami suka
mencoba tempat baru. Jamannya putih abu dulu. Karena kami harus berpisah saat
menginjak bangku kuliah, jeilah, maksudnya perguruan tinggi kami berbeda
(hiks), frekuensi kulineran gak sesering dulu. Kalo lagi sama sama balik ke
Bekasi aja. Dan hari Senin gue mau kulineran DUA RONDE sama salah satu sahabat
gue. Sebut saja Rivan.
Destinasi pertama kami adalah soto mie
samping masjid yang kata Rivan porsinya buanyak. Letaknya di dekat Masjid Al
Barkah Alun-alun Bekasi. Rivan suka makan disini sewaktu kecil. Doi heran
kenapa gue—yang notabene suka makan—gak tau tempat ini. Pesanan kami datang.
Satu porsi soto mie dan satu porsi soto daging. Gue agak bingung melihat
pesanan Rivan yang tanpa nasi itu. Gak mungkin ukuran lambungnya tetiba
mengecil.
“Kok gak pake nasi?”
“Kan nanti mau makan lagi.” Jawabnya
sambil nyengir.
Ternyata ajakan kuliner dua ronde
bukan candaan belaka. Baiklah. Siapa takut.
Destinasi kedua kami adalah mie ayam
Irigasi yang katanya enak (lagi, rekomendasi Rivan). Dari destinasi pertama ke
destinasi kedua kami melewati sebuah bangunan tempat kami menimba ilmu dulu.
SMA Negeri 1 Bekasi. Terlintas “katsu mami” yang sangat kondang dalam memuaskan
cacing-cacing perut siswa. Ternyata mie ayamnya tutup. Yah.
“Kantin aja yuk?” usul Rivan.
“YUK!” tanpa debat panjang gue
mengiyakan. Ngidam katsu tujuh hari tujuh malam akhirnya terpenuhi.
Memasuki area parkir, gue dihantam
nostalgia. Segala macam potongan cerita putih abu berseliweran dalam kepala. Sentimentil.
Rasanya baru kemarin memakai seragam kebanggaan. Sekarang sudah hampir selesai
studi. Waktu berjalan cepat. Gak banyak yang berubah dari tempat ini. Hanya
saja terasa sedikit lebih sempit dibandingkan dulu.
Kami langsung melesat menuju kantin
karena agak males kalo ketemu guru dan harus basa-basi. Hehe. Piss, pak, bu.
Mata gue berbinar-binar melihat katsu yang masih setia nongkrong di kantin
SMANSASI. Pas mesen, ternyata ibunya masih inget gue. Terharu.
Gue suka ketemu temen lama dan ngobrolin banyak hal. Kaya bacain laporan
yang di sampulnya berjudul “My Life after High School” dan di bawahnya ada
tulisan kecil “Please, bring me back to high school life!”
Ada satu hal yang sama sama sedang
kami alami saat ini: kurang motivasi dalam mengerjakan sang maha karya,
SKRIPSI. Yeah, that college thingy. Rivan pun ngajak taruhan. Bertiga. Gue,
dia, dan satu lagi sahabat kami yang kuliah di Jogja.
“Siapa yang lulus paling akhir di
antara kita bertiga, dia harus traktir dua lainnya sampai puas! Sampai P-U-A-S.”
Haha. Taruhan klasik. Tapi cukup bikin
terpacu. “Hemm. Deal!”
“Pokoknya sampe puas. Kalo belum puas,
lanjut lagi.”
“Oke.” Mampus. “Puas” versi dua
sahabat gue artinya siapin isi dompet. Aaaaargh. Semoga gue gak lulus
belakangan. AMIN.
Comments
Post a Comment