Kisi-kisi dan Kereta Api
“Gak perlu alasan buat pulang ke rumah. Sesimpel itu.” kata
seorang teman saat gue gak bisa jawab kenapa gue mau balik ke rumah saat itu.
Ya, kita gak butuh alasan khusus untuk “pulang” ke rumah sendiri, kan? Karena rumah adalah kembali. Rumah adalah energi.
Kegiatan gue setibanya di rumah adalah bertukar cerita
dengan keluarga (duh, mulia banget kedengerannya). I mean, sekedar sharing
kabar masing-masing. What’s done, what’s next, something like that.
Dimulai dengan nyokap yang mengangkat sebuah kertas putih yang
halaman depannya tertulis “Kisi-kisi Penilaian Kepala Sekolah Berprestasi”. Gue
mengerutkan dahi, lalu tersenyum jail sambil ngecengin, ”Cieee, Ibu!” Nyokap
diajukan untuk ikut seleksi Kepala Sekolah Berprestasi Tingkat Kota. Well, good
luck, Mom!
Bokap gak mau kalah. Beliau laporan tanpa gue tanya, “Dek,
bapak lagi suka ngumpulin tulisan tentang kereta.” sambil menunjukkan beberapa
potongan artikel dari koran mengenai kereta api di Indonesia. Dan betapa
senangnya beliau yang pernah mencicipi jalur kereta Banjar – Pangandaran yang
saat ini sudah tidak beroperasi.
Gue pergi mandi. Dalam posisi jongkok gue merenung banyak
hal (emang pas dah disebut bilik termenung). Tetiba mata gue penuh. Karena merasa
begitu diberkahi hingga detik ini. Begitu banyak nikmat yang udah gue dapet. Termasuk
hal-hal kecil yang justru membawa kebahagiaan besar bila kita mau melihatnya
dengan jeli dan bersyukur sepenuh hati. Sesimpel
pulang ke rumah dan mendengarkan mereka bercerita dan berbagi tawa. Terima
kasih atas energinya yang luar biasa.
Thanks to Anggraeni.
Comments
Post a Comment