Lelaki Bersayap
Sisa bata itu ditumpuk dan disusun menjadi bangku sederhana. Bangku alam. Mengelilingi sebuah meja yang juga ditumpuk dan disusun dari sisa bata. Tempat yang tidak begitu indah, namun unik. Kuhabiskan beberapa siang duduk disini. Melahap buku. Juga memandangimu. Seseorang pernah berkata padaku, saat aku terengah-engah sehabis lari sore, “Kalau sering latihan, nanti bisa tumbuh sayap disini.” sambil menunjuk punukku. Random. Dia ngomong apa sih? Napasku masih terengah-engah, mencoba menghirup udara secepat mungkin. Pikiranku belum terlalu fokus. Aku tidak begitu menangkap maksudnya. Suatu siang dari bangku alam, aku mengerti. Sayap itu ada. Tumbuh di punggungmu. Orang itu benar . Sepasang sayap menyerupai warna kulit bersemayam tenang di balik rajutan benang. Tiga ruas bertumpuk yang memanjang ke bawah seakan memeluk punggung kurusmu. Satu ruas besar paling atas dan sisa dua ruas kecil menyempit ke arah tulang punggung. Semua penggiat tau itu tidak didapat dalam semin...