Lelaki Bersayap
Sisa bata itu ditumpuk dan disusun menjadi bangku sederhana. Bangku alam.
Mengelilingi sebuah meja yang juga ditumpuk dan disusun dari sisa bata. Tempat
yang tidak begitu indah, namun unik. Kuhabiskan beberapa siang duduk disini.
Melahap buku. Juga memandangimu.
Seseorang pernah berkata padaku, saat aku terengah-engah sehabis lari
sore, “Kalau sering latihan, nanti bisa tumbuh sayap disini.” sambil menunjuk
punukku. Random. Dia ngomong apa sih?
Napasku masih terengah-engah, mencoba menghirup udara secepat mungkin.
Pikiranku belum terlalu fokus. Aku tidak begitu menangkap maksudnya.
Suatu siang dari bangku alam, aku mengerti. Sayap itu ada. Tumbuh di
punggungmu. Orang itu benar. Sepasang
sayap menyerupai warna kulit bersemayam tenang di balik rajutan benang. Tiga
ruas bertumpuk yang memanjang ke bawah
seakan memeluk punggung kurusmu. Satu ruas besar paling atas dan sisa dua ruas
kecil menyempit ke arah tulang punggung.
Semua penggiat tau itu tidak didapat dalam seminggu. Bangku alam pasti
lebih tau. Sayap yang terbentuk dari tabel-tabel yang menyiksa. Dari berbagai
macam gerakan yang kau ulang tanpa bosan. Dari perhitungan cermat untuk mampu
berpijak pada point yang tepat. Dari kesabaran untuk bertahan sedikit lebih
lama dari kawan. Dari ketenangan meretas lintasan hingga ujung papan.
Gita, gue baru liat blog loo!
ReplyDeleteNgeri ngerii :0 lagi dong yg banyak dong nulis lagi nulis teruss!
bunch thanks malysha :*
Deleteamiiin semoga bisa nulis terus, cuma mood mood an gue nulisnya haha