Keajaiban 3: Angsle
Malam ini adalah
malam terakhir saya dan #TeamPatahHati berlibur di Malang. Sebagai petualang
kuliner, Rizal udah nyiapin daftar makanan yang mau dicoba dan malam ini dia bilang
mau cari angsle. Angsle? Apa tuh? Ternyata sebuah dessert semacam sekoteng atau kolak. Jam
10, saya dan Rizal keluar hostel untuk memburu cemilan super manis ini.
Mencari angsle
H+8 lebaran ternyata cukup sulit. Keluar hostel kami belok kiri ke arah utara. Katanya
di dekat klenteng (50 meter dari hostel) ada yang jual tapi nihil. Kami lanjut
ke utara, menelusuri Jalan Gatot Subroto yang di malam hari banyak lapak sepatu
di tepi jalan. Saya selalu suka menikmati kota kecil dengan berjalan kaki. Rasanya
menarik melihat lekuk kota secara detil tanpa terburu-buru.
Hemmm mana
ini angslenyaaa. Mungkin karena masih libur lebaran, beberapa kangjualan belum
aktif kembali. Hanya kangmartabak dan kangmieayam yang sudah ceria menyapa
penggemarnya di Jalan Gatot Subroto. Kami terus ke utara sampai putus asa
sendiri, hahaha. Tidak ada angsle hari ini. Kami memutuskan balik ke hostel.
“Coba
googling deh,” usul Rizal sambil jalan pulang. Ada sih, tapi jauh. Ga yakin
juga udah buka. Kami tiba di lampu merah klenteng, kiri ke pasar, lurus balik ke
hostel. Ah, ini kan pasar yang tadi pagi saya susuri. Tergoda lah daku untuk
nyari di sekitar pasar walaupun Rizal nampaknya lebih memilih untuk balik aja. Kami
pun belok, mencoba peruntungan. Lampu dari beberapa lapak di dalam pasar masih
menyala, namun sebagian besar sudah redup.
Saya mulai
berdoa. HAHAHA. Kenapa ga dari tadi sih, Git. Kenapa berdoa kalo udah kepepet.
Semoga ada angsle. Ameen. Lengkapnya, semoga ada angsle karena entah berapa
purnama lagi hamba bisa singgah di Malang.
Cukup jauh
kami menelusuri pasar, tidak ada tanda-tanda gerobak kangangsle. Setiap Rizal
nanya mau balik engga, dengan optimis saya jawab, “Sampe depan situ deh, kalo
ga ada baru balik.” Dunno. Setiap kaki ini mau melangkah pulang, ada dorongan dari
hati kecil yang bilang: Depanan dikit, Git,
siapa tau ada yang buka. Sampai ujung pasar mau habis, ga ada juga. Yaudah deh,
pulang.
R: “Balik?”
G: “Ke depan
dikit deh.”
HAHAHA,
masih usaha dong. Dan sepuluh meter kemudian mata kami bertumpu pada sebuah
gerobak cokelat dengan kain kecil hijau muda lusuh bertuliskan “ANGSLE”. Uwuwuwuw
bahagia tak terkira. Keajaiban sederhana. Lagi. Andai saya memutuskan untuk
balik dan nyerah gitu aja, mungkin kaya judul puisinya mas Aan Mansyur, tidak
ada angsle hari ini.
Moral of the
story: Keep fighting. And pray. Dia tentu tau apa yang kita inginkan. Tapi kalau
kita ga minta, dimana letak kesungguhan kita atas apa yang ingin kita usahakan
(hazeg). Kalau belum terkabul jangan kecil hati. Ingat, doamu akan terkabul
dalam 3 bentuk. Dan satu lagi, be aware atas keajaiban-keajaiban sederhana yang
sudah terjadi padamu hari ini :)
Comments
Post a Comment