Yang Terlewat
Ada begitu banyak
cerita hari ini yang terlewat. Tak satu huruf pun sempat didengar oleh dunia. Namun
kehadirannya tetap dirasa oleh semesta. Semua ruang yang biasa sedia, tenggelam
oleh kesibukan fana. Bahkan jemari tak punya energi untuk berbagi. Untuk memulai.
Untuk sekadar bertanya, pada ruang-ruang di ujung sana, sedang apa?
Jutaan manusia
merasa yang sama. Namun sekuku yang dalam pada itu berjodoh dengan ruangnya. Sisanya
hanya memandang ke luar jendela tanpa memandang ke luar jendela. Ditekannya dengan
kuat seluruh sesak di dada dengan air mata. Sebab ia tak kunjung jumpa
siapa-siapa hingga bus biru tiba di kota.
Yang kian
terjadi akhir-akhir ini ialah potongan adegan fiksi berputar di kepala tanpa
sutradara. Dibayangkannya kata tiap kata dari pemeran utama dan kata tiap kata
dari lawan bicara. Semua hanya umpama sebab ruang yang biasa sedia entah
dimana. Ah, semoga ia belum gila.
Comments
Post a Comment